Jumat, 21 Agustus 2009

Menjadi Pribadi Holistik Seutuhnya



“Holistik itu apaan del?” Pertanyaan itulah yang pertama terlontar dari mulut saya ketika ditawarkan oleh seorang teman untuk mengikuti Pelatihan Membangun Kecerdasan Holistik. “Waduh, gue juga gak tau Jim, mendingan coba lo ikutin aja deh!” Begitulah jawaban Dela yang menurut saya sama sekali tidak menjawab pertanyaan saya. Dengan rasa penasaran merongrong di dalam hati, saya pun menyalakan komputer dan segera browsing di internet untuk mengetahui apa itu holistik. Dari beberapa sumber yang berhasil saya dapatkan, hal yang dapat saya simpulkan mengenai holistik adalah pengembangan pribadi secara keseluruhan yang apabila dilakukan dapat memberikan hasil yang baik, tetapi beberapa pertanyaan mulai bermunculan lagi, apa yang dikembangkan dan hasil apa yang bisa saya dapatkan menyembul keluar dari otak saya. Selain itu, sebagai seorang pemilik IPK yang menurut saya lumayan, bukankah itu sudah membuktikan kalau saya ini cerdas? Jadi untuk apa ditingkatkan lagi. Walau deburan pertanyaan masih bergelung dalam pikiran saya akhirnya saya membulatkan hati dan mengirim SMS kepada Dela, “OK Dela gue ikut.”

Selasa, 18 Agustus 2009 saya mengikuti rangkaian kegiatan pertama, yaitu Seminar Membangun Kecerdasan Holistik. Tanda tanya itu mulai terjawab lewat pemaparan para nara sumber yang menurut saya sangat kompeten di bidangnya, yaitu Kak Seto Mulyadi dan Dr. Budi Matindas dari Universitas Indonesia. Pelatihan selama 3 hari pun menjadi santapan kegiatan berikutnya. Disana saya diberikan pembekalan materi mengenai kecerdasan holistik yang selama ini menjadi misteri buat saya. Ternyata yang dimaksudkan adalah membangun kecerdasan kita secara menyeluruh baik dari segi intelektual, emasional, maupun spiritual. Ilmu lain yang saya dapatkan adalah ketiga kecerdasan tersebut harus kita miliki secara selaras dan seimbang, karena percuma saja jika kita pintar dan bergelimang harta, tetapi hati kita tidak bahagia karena selalu iri dengan orang lain. Selain pemberian materi, di pelatihan ini juga terdapat banyak kegiatan yang membuat diri saya lebih kritis dan kreatif, seperti diskusi, pemutaran film dan pentas seni. Setelah 2 hari mengikuti pelatihan ini selain teman-teman baru, saya juga merasakan diri saya penuh dengan energi positif yang sudah siap saya tembakkan.

Pada hari ketiga, saya beserta teman-teman yang lain diajak untuk berkunjung ke “Panti Wisma Tuna Ganda Palsi Gunung” yang terletak di Jalan Raya Bogor. Di sana saya melihat banyak teman-teman yang kurang beruntung karena dilahirkan dengan kekurangan baik secara fisik maupun mental. Kebanyakan dari mereka sudah ditinggalkan oleh keluarganya sendiri. Hati saya terenyuh ketika menyaksikan keceriaan mereka bermain di ruang kelas dan semangat mereka ketika menjalani fisiotherapi. Saya teringat dengan Yunas salah seorang penghuni wisma tersebut yang dengan senyumnya yang khas dan pose peace khas orang narsis setia melayani permintaan teman-teman yang mengajaknya berfoto. Semangat dan keceriaan mereka seperti memberikan tamparan telak di pipi saya bahwa saya tidak boleh kalah dengan teman-teman di Palsi Gunung dan juga menjadi pribadi yang lebih bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di rumah Palsi Gunung saya juga bertemu dengan ibu-ibu pengasuh yang dengan tulus dan senyum membantu merawat dan menjaga teman-teman di rumah tersebut. Bahkan saya sempat terkejut ketika salah satu ibu pengasuh mengatakan bahwa ia sudah mengabdi selama hampir 30 tahun. Sungguh pengabdian yang luar biasa dan membuat saya terharu.

Akhirnya rangkaian kegiatan Pelatihan Membangun Kecerdasan holistik yang menurut saya penuh dengan muatan positif ini harus berakhir. Saya pun pulang ke rumah tetapi tidak dengan tangan hampa. Saya membawa visi dan misi baru dalam diri saya untuk menjadi pribadi holistik yang seutuhnya. Saya ingin menjadi pribadi yang kritis dan kretif di manapun saya berada. Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan dengan rasa sosial yang lebih tinggi lagi. Saya ingin menjadi manusia yang lebih bersyukur kepada Tuhan dan menyadari arti keberadaan saya di dunia ini. Saya ingin menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat seperti Yunas dan kawan-kawan di Palsi Gunung. Saya juga ingin menjadi insan penuh pengabdian tulus sepeti ibu-ibu pengasuh. Begitu banyak hal yang ingin saya ubah dalam diri saya dan ingin saya tularkan kepada teman-teman yang lain setelah saya mengikuti Pelatihan Membangun Kecerdasan Holistik ini. Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selaku penyelenggara, panitia dari Universitas Gunadarma dan seluruh peserta yang telah memberikan begitu banyak arti dalam diri saya. Semoga kegiatan ini dapat terus dilakukan di lain waktu, agar lebih banyak lagi pribadi holistik yang seutuhnya untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik.

Bravo holistik!